• HOME
  • BIBLIOGRAFI
  • REVIEW BUKU
  • PENULISAN KREATIF
    • Artikel/Tips
    • Cerita Pendek
    • Fiksi Abu-Abu
    • Puisi
  • EJAAN-PENULIS
  • STORIES
    • Anak
    • Anything
    • Event
    • Komunitas
    • Kuliner dan Wisata
    • Produk
    • Tokoh
  • EJAAN-PENULIS
  • TENTANG SAYA
    • Biodata
    • Editor Buku
    • Jasa Penulisan Buku
Powered by Blogger.

Jurnal Tikah Kumala

Memahat sejarah, mengarsip kisah-kisah.

Satu tahun yang lalu, eh, lebih dari setahun yang lalu. ketika aku kembali pulang menaiki kereta api. Aku hampir menangis ketika di jendela kereta, di pintu-pintu gerbong terpampang tulisan "Pedagang Asongan dilarang berjualan di Kereta Api". Apa-apaan ini batinku. Mau dikemanakan pedagang-pedagang itu jika di luar kereta api pengangguran telah antri mengharap nasib baik. 



Kemudian isu-isu penertiban itupun berembus. Sampai sekarang, peraturan itu kini menjelma jadi jeruji. Makin ketat makin tak kenal kompromi. Di antara penertiban itu, aku bersyukur karena pedagang asongan, pengamen bahkan banci kereta api masih bisa beroperasi. Sebab, penertiban itu rupanya diberlakukan hanya untuk para penumpang.


Kini, tak lagi gampang mencari tiket untuk perjalanan yang direncanakan mendadak. Kereta api ekonomi sekalipun telah berubah menjadi alat transportasi yang ekslusif. Kenyamanan terjamin, tidak perlu berebut kursi. Alat transportasi yang murah namun sulit dijangkau sewaktu-waktu. 

Seperti tanggal 1 Sepetember lalu. Setelah mengisi formulir sesuai KTP dan berdiri di antrian menuju loket kereta Pasundan, aku belum juga bernasib baik. Aku menyodorkan formulir tersebut ke petugas loket. Formulir yang kuisi untuk pembelian tiket tanggal 4 September. 

"Ini ekonomi atau yang AC, Mbak?" tanya petugas loket karcis. 

"Ekonomi Mbak, Kereta Pasundan. "kataku. Sengaja kutegaskan kata Pasundan supaya memperjelas bahwa aku tahunya kereta pasundan itu ya kereta ekonomi. 

"Nggak ada Mbak, Pasundan adanya yang AC, harganya 120 ribu" Petugas itu menjelaskan padaku sembari mengembalikan formulir yang kuserahkan. Aku terheran-heran. Demi Tuhan, selama di Jogja aku pulang ke Cilacap selalu memakai kereta Pasundan, kereta ekonomi yang sekarang harganya 35 ribu. Bahkan lebaran yang jatuh bulan lalu aku masih menaiki Pasundan sampai Cilacap. Ada apa ini? Kenapa petugas loketnya justru bilang Pasundan itu kereta ber-AC. Jelas-jelas aku belum pikun. Pasundan itu kereta ekonomi non AC. 

Aku mundur dari depan loket tapi belum benar-benar mau pergi. Aku kembali menongolkan wajahku ke kaca. "Yang Pasundan beneran ndak ada yang ekonomi ya Mbak?" tanyaku penuh rasa penasaran. 

"Iya Mbak, nggak ada. " seru petugas tiket itu dengan microfon. 

Akupun akhirnya mundur. Kudatangi satpam penjaga pintu. Lelaki yang tadi kumintai formulir sebelum mengantri. Aku datang penuh harap. 

"Mas, apa Pasundan ekonomi itu udah ndak ada lagi? Kok katanya adanya AC."

"Iya, Mbak, sudah habis. Sekarang tinggal AC" Aku tercerahkan. Well, berarti kereta ekonomi mungkin masih ada walau entah tanggal berapa, mungkin malam atau kapan. Tapi kok petugas loketnya nggak menjelaskan bahwa tiketnya sudah habis. Bukan malah bilang kereta Pasundan itu adanya AC. Bisa tak ajak perang mulut tuh si Embak. Aku kembali menerobos antrian dan menongolkan kembali wajahku ke depan kaca loket. 

"Mbak, Pasundan ekonomi adalagi kapan?" Ini pertanyaan jebakan. Aku hanya butuh jawaban bahwa kereta Pasundan itu yang ekonomi sudah habis. Tinggal tiket yang AC. Mungkin petugas loket itu akan bilang, tiket yang ekonomi akan ada lagi satu minggu, atau setahun kemudian.

"Kereta Pasundan ekonomi terakhir hari ini, dan tiket sudah habis, adanya yang AC" Gludak!! Terakhir hari ini. kereta ekonomi berjenis kelamin Pasundan itu terakhir operasi hari ini gitu maksudnya. Artinya seminggu atau setahun kemudian sudah ndak ada lagi kereta Pasundan ekonomi? Aku kembali mundur.

Sial bener dengan rasa penasaranku yang menuntut terpuaskan. Kemudian aku kembali ke lelaki Satpam yang mukanya sumpah bikin nggak enak hati. 

"Mas, emang kereta Pasundan ekonomi udah nggak ada yah? Kok aku tanya terakhir ada hari ini? Pasundan ekonomi mau dihapus apa gitu maksudnya?" Kali ini aku bener-bener serius.

"Coba Mbaknya liat monitor di ujung sono, Mbak. Liat di sana masih ada bangku berapa buat kereta Pasundan. Kalau angkanya nol berarti udah habis. Sekarang tu, Pasundan ada spesial gerbong ACnya. " Aku neloyor jalan ke arah yang ditunjukin Pak Satpam. Oh, tambah gemblung. Angkanya masih 97 tuh. Its mean masih ada bangku 97 lagi di tanggal 4 September. Aku lihat tanggal 5, 6, 7, sampai seterusnya ndak ada yang berangkal nol. Lalu??? Kenapa Mbaknya bilang udah habis. Kenapa bilang terakhir ada Pasundan Ekonomi hari ini? Trus 97 bangku itu maksudnya buat yang AC? Ndak ada tuh penjelasan, 97 itu AC, dan 0 buat yang ekonomi. Di sana cuma tertulis, PASUNDAN tanggal 4 September masih 97 kursi. Kursi untuk gerbong AC atau ekonomi cuma Tuhan yang tahu, penumpang terima aja dibohong-bohongi. (Oke, ini cuma prasangka burukku)

Nah, kebetulan tuh ya. Pas nonton monitor ada Pak polisi lagi menjelaskan ini itu ke calon penumpang. Mataku kembali bersinar. Aku seperti menemukan malaikat yang bisa memberikan jawaban paling gamblang. 

"Hei Pak Polisi, begini, tadi saya tanya sama Mbak penjual loket katanya terakhir ada Pasundan ekonomi hari ini. Emangnya mau dihapus ya Pasundan ekonominya. Trus aku tanya sama Pak Satpam, tapi dia nyuruh aku liat monitor buat tahu kursi yang kosong. Aku kan mau cari tiket tanggal 4 September, katanya habis, lah itu kok masih 97? Itu AC atau ekonomi? Gimana cara tahunya?" Si polisi malah cuma bengong. Agak bingung kali mau nanggapi aku yang cerewet.

"Itu mungkin AC, Mbak" Oh devil. Cuma itu jawabannya? Bener-bener dongkol aku langsung pulang.

Sorenya, aku kembali datang. Rasa penasaran membuatku kembali dan berencana merusuh buat pelayanan yang muter-muterin keingintahuanku. Aku kembali mengantri. Oh, petugas loketnya ganti orang. Aku menyodorkan formulir untuk permintaan kereta ekonomi pasundan tanggal 4 September. 

"Maaf Mbak, tiket ekonominya sudah habis. Tinggal AC kalau mau. Harganya 120ribu"

"Oh, gitu Mbak ya, trus ada lagi kapan Mbak?" Ini cuma pertanyaan jebakan. Aku juga nggak akan beli kok, kalau adanya lagi tanggal 5 sekalipun. Soalnya aku cuma butuh tiket pulang tanggal 4 Sepember 2012. Selain itu no!

"Adalagi tanggal 13 September, Mbak?" Oh, good. Ini baru jelas. Artinya tiket kereta ekonomi Pasundan tanggal 4 tuh habis, bukannya nggak ada lagi kereta Pasundan ekonomi. Uh...Petugas loket, Satpam dan polisi yang ngePAM di stasiun Lempuyangan pada tanggal 1 September siang itu bener-bener bikin hatiku kacau balau. Pelayananmu buruk, Men!
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Aku masih ingat ketika pukul 09.00 pagi, lelaki itu menelponku. Ia mengatakan sedang terapi di pengobatan alternatif. Selain menanyakan kabar, rupanya ia sudah mendengar kabar aku akan menikah.
"Kok malah terapi, bukannya mau operasi, Lik?" 
 
Aku cukup heran. Rencana operasi yang dijadwalkan rumah sakit sebelum lebaran justru mengaret tanpa kabar lanjutan. Kenapa tidak dirujuk ke lain rumah sakit. Ah, aku tak berani bertanya.
"Mungkin rumah sakitnya ndak sanggup, makanya ndak telepon-telepon lagi" katanya putus asa. 
 
Ia lelaki yang baik. Adik dari ayahku. Kemudian kami terus mengobrol, menanyakan kabar keluarga karena setahun sudah kami tidak berjumpa.
"Doain lilik bisa sembuh ya, Ik. Biar bisa datang pas kamu nikah" Aku mengiyakan sembari berdoa. Yah, pasti kamu sembuh, Lik. Meskipun aku tidak tahu seberapa sakit yang kamu rasakan. Tapi kamu cukup tegar, cukup mampu menyembunyikan kesakitanmu dari kami. Bahkan, berat tubuhmu stabil dan tak membahasakan ada penyakit yang bersembunyi di dalamnya. 
 
"Tapii... kalau Lilik ndak bisa datang jangan sedih ya, Ik. Soalnya, kalau masih sakit begini ya ndak bisa ke mana-mana" lanjutnya. Aku maklum untuk itu. Ndak papa kataku. Meskipun aku berharap banyak ia bisa datang tapi aku tak bisa memaksakan kehendak. Setelah kembali membicarakan keluarga di kampung, ia pamit menutup telepon. Seperti firasat. Tepat sehabis maghrib. Aku mendapat kabar, jika lelaki itu telah berpulang ke rumahNya yang paling abadi. Ah, rupanya ia telah tahu, bahwa ia tak mungkin bisa datang ke pernikahanku nanti.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Kenapa musti memusuhi, jika kau tahu setiap dari kita punya cara sendiri untuk mencintai. Seperti aku mencintaimu, seperti aku mencintai rumah yang kau bangun, rumah yang sengaja kurawat supaya sesekali kau bisa pulang. 
Aku hanya memindah pot-pot bunga ke halaman. Mengganti ranjang yang tak lagi layak pakai. Membenahi buku-buku dan tak bermaksud menggantikan peranmu di rumahmu. Aku belajar tahu, di mana salahku ketika diam-diam kau tak sudi lagi untuk pulang. 
Aku tahu, ada banyak hal yang berubah yang membuatmu asing. Tapi aku hanya ingin kau tahu, begitulah aku mencintaimu, mencintai rumah yang kau bangun supaya tak jadi roboh dan kita akan semakin jarang bertemu.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
"Mereka hanya takut dilupakan. Meski kita sama tahu, merekalah yang lebih dulu lupa zaman. Menolak kedatangan, sebab mereka takut kehilangan" Ini kalimat pemantik yang membakar hati seseorang. 



Lalu aku bilang sama temanku. Kalimatku itu membakar hati seseorang dan membuatnya marah di jejaring sosial. Kuceritakan bahwa apa yang kulakukan dikatakannya tak berarti, sebab menggembor-gemborkan perubahan tapi masih nebeng eksistensi masa lalu. Temanku itu cuma tertawa. Lalu dengan kesadaran yang tidak bisa kupredisksi, ia menenangkanku dengan begini. 

"Perubahan tuh nggak ada yang orijinal. Pasti ada awal yang diamati, lalu ditiru dan diinovasi. Sarkem awal pasti nggak sekonyong-konyong lahir, pasti ada komunitas lain yang mengilhami asal muasalnya" Itu kata temenku. Dia teman yang cerdas. Meskipun aku tahu ia suka berpikir hal-hal paling absurd yang tidak dapat kunilai baik secara normatif. 

Kemudian aku jadi tersenyum. Kenapa aku harus dipusingkan dengan mulut seseorang yang bisanya cuma menjatuhkan dan tak mendidik. Rupanya aku sudah buang-buang waktu. Seperti ketika dulu, orang yang sama itu mencaci makiku secara implisit. Ia mengatakan bahwa aku telah membawa komunitas keluar jalur dari kebiasaan yang sudah ada. Aku pernah cukup tersinggung, karena kupikir perubahan yang terjadi di komunitas ini adalah bentuk kreatifitas yang masih mau meghidup-hidupi komunitas. Kenapa ia tidak bisa terima kami membuat inovasi saat itu. Namun, sekarang ia bilang kami tidak punya inovasi karena masih nebeng eksistensi komunitas masa lalu. Maunya gimana to? 

Dengan bingung aku kembali mencatat paragraf pendek. 

"Berlayarlah sampai jauh. Seluruh pulau kau datangi. Itu katamu sangat berkesan. Membuatmu dicatat oleh dunia. Membuatmu dikenal dan berharap dikenang. Namun, sejauh-jauhnya perahu membawamu. Pencapaian yang paling berkesan dalam hidupmu, ialah ketika mampu bertahan di gelombang ganas ketika teman sendiri diam-diam menikam dan meninggalkan." dengan penjelasan yang harusnya ia tahu. Pencapaian yang paling berkesan setelah kejayaan pentas dan persaudaraan ialah komunitas ini masih hidup. Masih bertahan setelah diusir dari kampus. Menghidupi komunitas dengan uang pribadi. Mencari solusi buat mempertahankannya sampai sekarang. Tengoklah usia komunitas di Jogja, hai temanku. Harusnya ia tahu, seberapa lama usia mereka bisa bertahan menjadi independen. Ini sekadar catatan untuk mengarsip yang kurasakan. Jika sempat dibaca, lupakan saja kalau menyakiti hati.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Ia lelaki yang punya sikap paling jelas dalam menanggapi semua masalah. Kalau ndak suka si A, nggak bakal pura-pura bilang iya. Kalau ia berbaik hati sama orang, aku bisa bertaruh jika itu datang dari hatinya yang paling jujur. Awalnya aku sebel, aku kira ia nggak punya hati. Aku kira ia keras kepala. Aku kira dia ndak bisa dikasih masukan. 



Ternyata aku harus mengubah pandangan itu. Aku harus merespon sikapnya itu dengan pola pikir yang positif. Tuhan itu baik kok. Begitulah Tuhan menjodohkan hati kami. Mungkin memang harus ada sikap yang jelas buat mendampingi sikapku yang galau-galau begini. Aku yang suka bilang nggak mau tapi sebenernya mau dirayu. Aku yang suka ngikut sana kemudian ke sini buat cari aman sendiri. Ah buruknya. Tapi yang membahagiakanku bisa memiliki lelaki itu ialah. Setidaknya, aku tak perlu khawatir jika ia bakal berpura-pura mencintaiku. Sebab ia bakal bilang benci dengan tegas dan bilang cinta dengan kesungguhan hatinya.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Jika setiap perjalanan jauh, aku bisa selalu memilih kereta api untuk mengantarku sampai tujuan. Maka, aku tak mau memilih alat transportasi lain. Tidak mau bus, pesawat, mobil bahkan sepeda motor. 



Ternyata ketakutanku semakin jadi begini. Ini bukan semata-mata takut kecelakaan trus mati. Bukankah kematian telah menjadi jatah setiap manusia. Tapi bagiku menjadi penting dalam keadaan hati yang tenang. Menikmati perjalanan dengan nyaman tanpa harus selalu waspada. 

Seperti merokok. Mengonsumsi rokok atau tidak toh kematian akan tetap datang, katanya. Dan ia yang merokok akan tetap merokok tanpa mempedulikan nasihatku. Tapi bagiku, memiliki jatah hidup yang tak seorangpun tahu, aku akan memilih tetap sehat untuk menghabiskan kehidupanku.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

Buku Baru Saya

Buku Baru Saya

Popular Posts

  • Maaf Jika Saya Harus Bersandar Padamu, Ibu.
  • Resep Membunuh Jamur di Lemari Serbuk Kayu
  • Aku Homesick, Tolong Jangan Katakan 5 Kalimat Ini

Member Of

Member Of
Blogger Perempuan

Arsip Blog

  • ►  2019 (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2017 (7)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (1)
  • ►  2016 (14)
    • ►  December (3)
    • ►  November (2)
    • ►  May (3)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (4)
  • ►  2015 (51)
    • ►  December (1)
    • ►  November (2)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (6)
    • ►  July (4)
    • ►  June (5)
    • ►  April (14)
    • ►  March (6)
    • ►  February (1)
    • ►  January (7)
  • ►  2014 (37)
    • ►  December (4)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (2)
    • ►  May (8)
    • ►  April (3)
    • ►  March (1)
    • ►  February (14)
  • ►  2013 (19)
    • ►  November (1)
    • ►  October (3)
    • ►  June (1)
    • ►  May (2)
    • ►  April (1)
    • ►  March (7)
    • ►  February (1)
    • ►  January (3)
  • ▼  2012 (33)
    • ►  December (5)
    • ►  November (3)
    • ►  October (5)
    • ▼  September (6)
      • *Catatan pengganti doa buat pelayanan umum yang ja...
      • RIP lelaki yang kusebut Lilik.
      • Cara yang beda untuk mencintai satu hal yang sama
      • Edisi mengarsip kekecewaan
      • Aku mencintaimu, sebab kamu bukan bunglon
      • Edisi Kereta yang Kupilih Mengantarku Pulang
    • ►  August (2)
    • ►  July (12)

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates