*Menyempit

by - March 20, 2013

Jika ada sesak memenuhi dadaku, aku akan mengadu padamu, akan bicara. 



Tapi jika setiap pembicaraan kita tak pernah bisa bersepakat. Dan aku dibuat tak bisa bersuara selain bilang terserah, maka aku akan menulis. Menulisi kesakitanku. 

Namun jika menulis begini pun kau jadi marah. Aku tak lagi tahan buat menahan tangis. 

Biarlah aku menangis, Mas. Mengalirkan sesakku tanpa suara. Ini jalan paling akhir melonggarkan dada. Aku pasrah. Yang mungkin tak perlu melibatkanmu. Dan jika kau tak sudi melihatku menangis, memintaku buat berhenti, buat diam tanpa sesenggukan, kemana lagi kubuang sesak ini? Kan begini ini, berarti aku mati, Mas, telah mati tinggal raga yang bisu. Dan bakal mati seluruhnya, sebab hatiku perlahan jadi busuk. 

Kau kan bukan Soeharto, Mas, yang membungkam orang-orang berpendapat. Bukan. Tentu saja bukan.

Tulisan Terkait

0 komentar

Komentar dengan menyertakan link hidup akan saya hapus. Maaf ya....