Rabu Cerita Pahiiit

by - February 14, 2014

Ibu-ibu di kantorku berniat membersihkan gudang buku. Seperti biasa; ia akan menyapu semua ruangan setelah orang-orang kantor pulang. Ia yang bertugas membuka dan menutup kantor.
Di kamar redaksi, aku masih berkejaran dengan deadline. Toh suami sedang keluar kota, aku berniat lembur saja. Tapi, tiba-tiba Ibu tadi masuk ke kamar redaksi. Persis di hadapanku. Ia mulai bercerita tentang nasib hidupnya—yang mungkin sudah ia ceritakan berkali-kali setiap hari Rabu. Aku bosan dan ingin teriak kalau saja ia bukan seorang Ibu yang mengingatkanku pada sosok Mama di rumah.
Aku tidak terlalu mendengarkan apapun yang ia ucapkan. Lalu ia komentari semua barang-barang di kamar ini. Terpaksa aku harus tersenyum. Padahal ia sudah tanya, apakah aku sedang lembur? Apakah aku nggak capek?
“Pekerjaan Mbak Tikah mah, capeknya karena pikiran yah” katanya.
Aku tersenyum lagi. Dan mulai kehilangan konsentrasi. Aku memilih mainan twitter supaya rasa bête hilang segera. 
Dari pintu luar, kemudian anaknya datang. Ia bilang kenapa belum mulai membersihkan gudang.
“Masih, banyak pekerja. Tumben itu. Ora penak ah, nanti dikira ngusir wong kerjo” kata ibu tadi.
“Ya ora popo. Kan wis wektune to, Bu.” Jawab si anak.
“Nggak enaklah, ganggu wong kerja”
Hah? Aku hampir saja berteriak. “Lo juga ganggu gue kali, Bu. Gue lagi kerja nih”
Mendadak badmood untuk kesekian kalinya. Ya ampun.

Tulisan Terkait

0 komentar

Komentar dengan menyertakan link hidup akan saya hapus. Maaf ya....