Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2014

Ketika Suami Harus Selalu Benar

Seorang suami diperbolehkan marah ketika di meja makan tak tersedia nasi dan lauknya. Sedangkan bagi istri, ia tak boleh sama sekali marah ketika di dompet suaminya tak ada sepeserpun uang untuk belanja makanan. Sebab jika istri marah, ia akan dituduh perempuan tak pandai bersyukur. Suami diperbolehkan komentar baju yang dicuci istrinya tak wangi, lantai yang disapu tak bersih, dan makanan yang dimasak tak enak. Suami boleh-boleh saja komentar demikian. Namun, jika istri komentar uang belanja terlalu sedikit, ia akan diberi label perempuan matre. Suami diperbolehkan mengatur istrinya. Apapun keinginannya. Namun, janganlah berani-beraninya seorang istri memerintah sedikitipun kepada lelaki patriarki. Sebab yang begini, ia akan diberi julukan istri durhaka.

Dalam Hal Apapun Kehilangan Suka Bikin Susah Move On

Bagi saya, perkara kehilangan seperti halnya taman bunga di dalam dada yang dicabuti entah oleh siapa. Rasanya sakit sekali. Mungkin dengan mencatatnya begini, kesakitan itu akan menguap sehingga bekas-bekasnya akan hilang sama sekali. Begitulah yang saya harapkan ketika berkali-kali kehilangan tulisan.  Bagi saya, kehilangan tulisan bukanlah hal yang remeh temeh. Apalagi jika tulisan itu mencatat peristiwa penting dalam perjalanan hidup saya. Maka kehilangan itu sangat membekas, meski narasi tulisan-tulisan tersebut sama sekali tidak bisa saya ingat kembali. Tulisan yang hilang tanpa salinan hanya akan menjadi puzzle yang kepingannya tidak utuh. Di tahun 2008, saya tidak punya komputer pribadi. Buku tulis pun sudah mulai saya tinggalkan ketika merasakan enaknya menulis di papan keyboard. Untuk tetap menulis itu, saya pergi ke rental komputer, warnet kampus atau bergantian menggunakan komputernya pacar. Karena tempat yang berganti-ganti begitu, maka semua file saya simpan