Batu Halilintar di Dalam Rumah
Ada api di dadaku.
Menyala-nyala.
Mendidihkan darah amarah.
Ya ... Gusti!!
Izinkan aku luap.
Biarlah jatuh dosa.
Aku tak mau bungkam (lagi).
Aku lelah.
Mana mata-Mu, pinjamlah ... pinjamlah.
Pecahan asbak di lantai, telah kubanting jadi serbuk serbuk kecil.
Di dapur ada gelas tangkainya patah.
Itu pun kubanting tak tentu arah.
Aku marah.
Setanku murka.
Saat dadaku reda, kubersihkan lantai. (Juga pipiku yang habis basah)
Lah, petanda apa ini?
Dalam keping-keping kaca, kutemukan batu halilintar.
Mungkinkah dalam setiap pergesekan cuaca, selalu ada kilat dan gigi halilintar yang tanggal?
Ah. Sedang perang di dada sendiri belum juga usai.
0 komentar
Komentar dengan menyertakan link hidup akan saya hapus. Maaf ya....