Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2015

Tradisi "Resik Makam" Para Leluhur

Setelah merantau jauh dari kampung halaman, momen ziaroh menjelang Ramadan sudah enggak pernah saya lakukan lagi. Gimana mau "resik makam" leluhur sebelum punggahan kalau mudiknya aja selalu mepet Lebaran. Padahal, di Cisuru-Cilacap, menziarahi leluhur ramai dilakukan menjelang puasa. Kami percaya bahwa saat Ramadan tiba, roh-roh leluhur akan diangkat Gusti Allah naik ke atas, maka itu disebut punggahan . Berasal dari bahasa Jawa, munggah , yang berarti naik.  Berbeda dengan tradisi suami saya. Di kampungnya, Babalan-Demak, pesarean justru ramai dikunjungi sehari sebelum Lebaran. Biasanya, masyarakat berbondong-bondong menuju pemakaman selepas asar. Jika di Cisuru biasanya kami membawa kembang 7 rupa yang ditaburkan di atas pusara, di Demak beda lagi. Mereka membawa tanaman (yang saya enggak tahu namanya, tapi mirip lalapan kemangi yang dijual di pasar) untuk ditancapkan di atas pusara. Beruntung jika tanaman tersebut nantinya akan tumbuh.  Saat pertama kali mengunjungi

Salah Jalan Boleh Saja, Asal Bisa Kembali Pulang

Praktis bener ya hidup zaman sekarang. Mau beli baju, sarung, kupluk, sampai parcel lebaran, bisa sambil boker. Tinggal klik, transfer duit pakai i-banking, besoknya barang itu sudah ada di depan pintu. Praktis kan? Internet emang luar biasa. Tapi sebelum klak klik dengan semringah ... ada baiknya cek dulu deh, saldo tabunganmu lagi sekarat apa nggak? Jangan sampai udah minta diskon gede, malah cuma PHP doang. Kasihan kamunya tau. Bisa nyesek sebulan kayak waktu naksir orang tapi nggak kesampaian buat nembak. Kasihan.  Kalau mau bicara soal internet, berterima kasih-lah dulu pada pembuatnya. Karena tanpa mereka, kamu nggak bisa loh kepoin mantan seintim sekarang. Apalagi ngajak balikan lewat dinding cintanya (baca: dinding Facebooknya).  Jadi jangan tanyakan kenapa internet bak dewa yang dipuja begitu rupa. Soalnya, mau ada di android, iphone, windosphone, laptop, bahkan komputer tabung pentium lama yang masih konsisten nyala juga bakalan kamu elus-elus terus kalau ada internetnya

Ketika Pertanyaan Itu Datang

"Hi, kita pernah ketemu di mana ya? Kok kamu nge-add aku?" tanya sebuah akun, yang belum lama ini aku tambahkan ke friendlist. Spontan aku kaget dong. Nggak pernah kepikiran sebelumnya kalau pertanyaan itu bakalan aku terima. Soalnya, aku biasa ngonfirm pertemanan nggak pakai pilih-pilih orang. Mau aku kenal atau nggak ke, mau mutual friendnya banyak atau nggak ada sama sekali ke, pokoknya yes aja deh. Kan kemungkinan itu selalu ada: merasa nggak kenal sama nama akunnya, ternyata malah tetangga sendiri yang pakai nama beken. Loh mungkin kan? Lagian, quota pertemananku juga masih banyak. Nggak femes sih hihihi. Jadi, siapapun boleh loh jadi teman mayaku. Kecuali mantan yang nyakitin hati. Ya maap maap aja kalau otomatis Facebookku ngeblokir kamu. Jadi jangan tanya hatiku ya hahaha. ‪#‎NggakPenting‬ Biasanya, setelah aku konfirm, ada yang say hai di bilik chat. Karena banyak yang menyapa dan semuanya baru aku kenal, aku nggak sempet juga mau balesin satu-satu t

Mencintai Binatang Rumahan

Temen temenku banyak yang punya binatang peliharaan. Ada yang pelihara ikan, ayam, kucing, anjing, sampai ular. Semua hewan itu diberinya makan tiap hari. Ya diberi makan. Diberi makan karena mereka memang menyayangi binatang binatangnya. Berkebalikan denganku. Aku emang nggak punya binatang peliharaan yang dengan hati kucintai dan kusayangi. Tapi jangan kira ya, kalau tiap hari aku nggak kasih makan hewan. Aku kasih makan hewan kok meskipun serius bencinya sama tikus dan semut. Mereka tiap hari makan di rumahku tau. Sampai sampai aku mau ngasih makanan spesial buat tikus sialan itu (maaf buat pecinta tikus sedunia). Jadi beberapa hari ini aku udah bersedia menyisakan secuil daging dan kusuguhkan di mulut jebakan tikus. Makanan mahal tuh, batinku. Kan daging daging lagi pada naik harga. Bahkan dagingku aja naik terus. ‪#‎ehsalahfokus‬ Sudah di kasih makan, ealah dalah, kok malah si tikus nggak menerima pemberianku dengan terhormat. Mereka malah memilih tetap makan di rumahku dengan sem