Setelah merantau jauh dari kampung halaman, momen ziaroh menjelang Ramadan sudah enggak pernah saya lakukan lagi. Gimana mau "resik makam" leluhur sebelum punggahan kalau mudiknya aja selalu mepet Lebaran. Padahal, di Cisuru-Cilacap, menziarahi leluhur ramai dilakukan menjelang puasa. Kami percaya bahwa saat Ramadan tiba, roh-roh leluhur akan diangkat Gusti Allah naik ke atas, maka itu disebut punggahan . Berasal dari bahasa Jawa, munggah , yang berarti naik. Berbeda dengan tradisi suami saya. Di kampungnya, Babalan-Demak, pesarean justru ramai dikunjungi sehari sebelum Lebaran. Biasanya, masyarakat berbondong-bondong menuju pemakaman selepas asar. Jika di Cisuru biasanya kami membawa kembang 7 rupa yang ditaburkan di atas pusara, di Demak beda lagi. Mereka membawa tanaman (yang saya enggak tahu namanya, tapi mirip lalapan kemangi yang dijual di pasar) untuk ditancapkan di atas pusara. Beruntung jika tanaman tersebut nantinya akan tumbuh. Saat pertama kali mengunjungi
Memahat sejarah, mengarsip kisah-kisah.