Ketika aku tidur, aku masih bisa mendengar suaramu yang halus memanggilku dengan mesra; kamu sedang memintaku untuk lekas bangun. 18 Oktober 2015. Ini Minggu pagi yang dingin. T ak bisakah aku tidur lebih lama lagi, Mas? Lelah sekali rasanya perjalanan mudik kemarin. "Sungguh nih, Adik enggak mau diajak sarapan di luar?" Lagi-lagi suaramu terdengar menggoda. Tawaran yang sekian lama kunanti-nanti itu, bagaimana mungkin aku tolak. Maka aku pun bergegas bangun. Tidak mandi, hanya mencuci muka dan memoles wajah dengan make up. Ketika aku berganti pakaian, dari dalam rumah terdengar deru mobil dinyalakan. Pasti itu kamu pelakunya. "Sudah siap?" Tiba-tiba kamu muncul dari balik pintu. Aku mengangguk cepat. Tentu saja aku tidak mau moment yang baru akan diciptakan ini menjadi berantakan hanya karena kamu yang tidak suka menunggu. "Jangan terburu-buru. Dandan aja yang cantik. Mas akan menunggu." Katamu sambil tersenyum. Lemparan senyum yan
Memahat sejarah, mengarsip kisah-kisah.