Skip to main content

Posts

Showing posts from 2016

Desa Wisata Pentingsari Tak Mau Dijajah Tamu

Sering tebersit dalam diri; sekolah tinggi-tinggi tapi tak kembali ke desa. Tak mampu sumbang apapun pada tanah kelahiran. Tanah yang lama tak disinggahi, sebab keinginan pulang, selalu memulangkan pertanyaan sama: apa telah saya beri untuk negeri ini, untuk desa kami? (Biar seperti Pentingsari) ~Tikah Kumala Setiap hari bekerja di hadapan laptop membuat saya happy banget ketika mendapat undangan jalan-jalan dari Dinas Pariwisata Sleman. Apalagi tujuannya adalah ke desa wisata Pentingsari . Terbayang bukan? Pikiran yang panas dan mata yang butuh hijau-hijauan ini bakal disuguhi suasana desa yang adem, juga sejuk. Maka saya pun langsung bilang, yes, untuk berangkat. Padahal lokasi dari rumah saya cukup jauh loh, meskipun masih sama-sama di Jogja. Sejauh ini dari rumah saya    Desa wisata Pentingsari terletak di Kelurahan Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Mulai ditetapkan sebagai desa wisata pada tanggal 15 Mei 2008. Ka

Peluncuran IndoTrip.id, Situs Perjalanan Baru yang Layak Coba

Crew indotrip.id Zaman sekarang, sistem konvensional semakin tersingkir oleh keberadaan teknologi. Hal ini berlaku pula dalam dunia wisata dan  travel.  Maka berangkat dari kesadaran itulah, IndoTrip meluncurkan situs perjalanan bernama IndoTrip.id pada   22 Desember 2016 di warung makan  nDe’LUWEH.  Peluncuran portal layanan travel online ini dihadiri sejumlah pihak dari hotel, komunitas Internet Marketing Jogja, media, dan juga perwakilan dari Komunitas Blogger Jogja. Kebetulan saya termasuk dalam salah satu blogger yang berkesempatan meliput acara tersebut.   Adalah Mas Lutfi, direktur IndoTrip.id, yang menjelaskan bahwa situs ini digagas untuk  menyediakan banyak pilihan paket wisata dengan beragam itinerary . Cara pemesanannya pun gampang, seperti pada gambar berikut.  Mengingat beragamnya paket wisata di IndoTrip.id, kita dapat temukan paket wisata paling tepat yang dapat di- booking secara aman dan mudah, sehingga liburan pun semakin menyenangkan.  Bagaima

Safety Riding Education with Blogger

Cara berkendara Anda adalah cermin dari kedalaman jiwa dan karakter Anda dalam bersikap.  Sepeda motor--alat transportasi yang selama ini dianggap praktis dan murah--rupanya justru menyumbang nilai tertinggi angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kemenhub dalam websitenya yang menyebutkan bahwa 72 %  kecelakaan lalu lintas jalan di Indonesia melibatkan pengguna sepeda motor (data kecelakaan 2011).  Kenapa demikian? Kemungkinan terbesar dari masalah tersebut adalah kurangnya kesadaran pengendara terhadap keselamatan dan keamanan dirinya di jalan. Maka berangkat dari kesadaran untuk meminimalisir tingkat kecelakaan sepeda motor, Yamaha Riding Academy (YRA) yang notabene divisi di bawah bendera Yamaha, giat mengampanyekan pentingnya penerapan  safety riding bagi pengendara . Belum lama ini, tepatnya Minggu, 27 November 2016, YRA Jogja menggelar acara bertajuk "Safety Riding Education with Blogger". Mereka mengundang 35 blog

3 Designer Yogyakarta Tuangkan Keindahan Langit Senja dalam Karya

The Enlightement Fashion Diary kembali dihelat Ibis Styles Yogyakarta dengan mengusung tema   "Gurat Senja" . Tema tersebut dipilih lantaran bertepatan dengan peluncuran promo terbaru mereka Sunset Hour . Menurut Diah Widyaningsih, Executive Secretary & PR Ibis Style, d alam setahun series fashion show yang telah dirintis sejak 2014 ini digelar sebanyak dua kali dengan tema yang berbeda-beda.  Gurat Senja sendiri  terselenggara  pada Kamis 24 November 2016,  di D'Skybar lantai 7 Ibis Styles Yogyakarta , mulai pukul 16.00 WIB.  Dalam fashion show ini, ada tiga designer kenamaan Yogyakarta yang digandeng untuk memamerkan karyanya, yaitu  Endarwati, Theo Ridski, dan Djoko Margono.  Ketiganya mengangkat keindahan langit senja yang memancarkan warna warni jingga ceria yang dituangkan dalam karya. Maka jadilah   busana casual ready to wear dengan permainan warna yang ceria, elegan, dan modern diperuntukan bagi semua kalangan yang berjiwa muda, matang, dan dinami

Serunya Ngetrick Mata di Museum De Mata De Arca Yogyakarta

Entah kenapa, kalau saya pergi ke museum kok ya suka terbayang-bayang film Night At The Museum . Itu loh film komedi-fantasi yang tokoh utamanya diperankan  Ben Stiller , sebagai penjaga malam   di American Museum of Natural History.  Kayaknya sih asyik sekaligus serem  kan kalau benda-benda di museum bisa hidup dan berinteraksi dengan manusia. Kali aja ya, mengunjungi museum bisa sekaligus guyonan dengan tokoh-tokoh bersejarah yang telah mendahului kita. Seandainya iya, apa ya kata mereka tentang Indonesia yang sudah sedemikian memprihatinkan ini? Apakah mereka akan menangis sedih, atau malah tertawa sinis sambil berkata, "Piye Le, esih enak zamanku to?"  Foto oleh Ardiba Sefrienda (Ig: @ardibars) Ah, hentikan semua imajinasi lebay itu. Sebab kenyataannya, kebanyakan orang justru membayangkan museum adalah tempat paling tepat untuk mengarsip   mantan pacar , benda-benda bersejarah,   koleksi kuno penuh debu, di mana ruangannya pengap, dan ditunggui oleh penjaga berk

Menghitung Sisa Usia Kira-Kira

Tiba-tiba saja aku sudah setua ini: 28 tahun, seorang freelancer yang merindukan anak. Padahal, rasanya baru kemarin aku melepas seragam putih abu-abu--berlagak siap menghadapi kehidupan yang sesungguhnya. Dan k emarin itu adalah 10 tahun lalu.  Dalam waktu 10 tahun, peristiwa-peristiwa penting terjadi. Aku lulus sebagai sarjana, menikah,  kehilangan simbah, paklik, budhe, dan seorang sahabat. Kehilangan itu tak pernah kubayangkan sebelumnya. Karena 10 tahun yang lalu, mereka masih sehat bugar, seakan-akan bakalan mampu menemani hari-hariku sampai sekarang. Tapi ternyata Tuhan lebih sayang sama mereka. Biarlah. Hanya dalam waktu 10 tahun, kehidupan ini memang bisa berubah drastis. Namun dalam sepuluh tahun itu pula, sedikit sekali yang sudah kukerjakan. Mimpi-mimpi mangkrak di folder antah barantah. Pekerjaan berhenti di posisi; butuh makan lalu segera kebut deadline. Pertanyaannya kemudian, apakah kehidupanku akan begini-begini saja? Aku berpikir, jika batas maksimal usia manusia

Ada Apa Dengan Cinta? Ih Kepo Banget Deh (Cerita Film)

*Maaf! Isi mengandung spoiler* April 2016. Saat fans berat Rangga sudah tak sabar  pecahkan bisul kangen  menanti si ganteng Nicholas tampil di bioskop, fokus saya justru pada brambang yang mahal, lalu masih sempat bersyukur karena perut kenyang bisa ikut #HaulPram ke-10 di Indonesia Buku.  Ah, apalah haul Pram itu, bisikmu? Beruntung saja enggak kena grebek isu kekiri-kirian. Tentunya mengenang keromantisan  mantan Rangga secara berjemaah lebih asyik kan, yah? Apalagi bagi mamah-mamah muda yang waktu Nicholas lagi imut-imutnya dulu sudah bisa berdesakan masuk ke bioskop. Jadi, nonton AADC2 itu semacam nostalgia, "Papih enggak perlu cemburu sama Rangga ya!" Sedangkan saya, beuh nostalgia apanya? Tahun 2002 saya justru jauh lebih imut dari Rangga. Waktu itu saya masih berstatus anak SMP yang tak pernah membayangkan ada tempat bernama bioskop di dunia ini. Jadi kalau ngaku ngebet ketemu Nicholas karena nostalgia, mungkin saya amnesia sedikit (ikut-ikutan tren biar ng

Aku Homesick, Tolong Jangan Katakan 5 Kalimat Ini

Siksaan bagi seorang perantau adalah ketika mengalami perasaan  homesick tapi tak bisa mudik. Serius deh menyiksa banget, kan? Kamu pernah mengalami?  Kalau aku sih sudah langganan. S ejak merantau ke Jogja aku kerap dikoyak rasa kangen dan kesepian luar biasa tiap ingat rumah. Pengin mudik, tapi skripsi belum kelar. Mau mudik, tapi malas ditanya kapan kawin. Berani mudik, eh lah gajian malah keburu habis buat bayar utang.  Beruntunglah sekarang sudah lulus dan punya partner hidup yang sah. Tapi apakah itu membuatku jadi sering mudik? No!  Setelah menikah, untuk mudik ternyata justru butuh pertimbangan ini itu. Pasti enggak cuma aku kan yang mengalami?  Mungkin biaya perjalanan sudah siap,  tapi libur kerjanya tak bisa bersamaan. Mau mudik sendiri takut dilanda kangen sama partner. Alasan klise yang selalu bikin kita nyesek, lalu mojok di sudut kamar sambil ngabisin tisu.  Namun sebenarnya, selain tak bisa mudik, banyak orang merasa lebih sedih saat homesick adalah ketika pasan

5 Pemicu Konflik Pasutri Saat Mudik

Setelah menikah banyak pasangan yang lebih memilih tinggal beda kota dengan orangtua. Alasannya tentu berbeda-beda. Ada yang karena tuntutan pekerjaan, ingin mandiri, butuh  privacy  atau telanjur cinta dengan kota yang sekarang ditempati. Namun, apapun alasan tersebut, memilih jauh dari keluarga tentulah ada risiko yang harus ditanggung. Salah satunya adalah tanggungan berupa rasa rindu. Aduh, berat banget kan itu.  Karena saking rindunya pada keluarga, tak jarang membuat pasangan suami istri justru berdebat ketika membicarakan soal mudik. Biasanya berawal dari beda pendapat hingga berujung pada konflik dan pertengkaran hebat.  Ilustrasi via trollheaven Mengapa soal mudik bisa membuat pasangan suami istri bertengkar?  Berikut adalah hal-hal yang kerap memicunya. 

Bolehkah Aku Bertanya, Kemana Kita Akan Pergi?

Semula kita sama-sama di atas satu motor. Bercerita panjang lebar, hingga akhirnya entah bagaimana tiba-tiba saja kita memutuskan untuk berpisah.  "Kita akan bertemu di tempat yang sama," katamu sebelum melesat pergi.  Aku di Sumbing Aku yang masih belum paham dengan apa yang sedang terjadi, hanya memandang lampu belakang motormu menghilang di lorong yang kini sedang kulewati.  Berjalan. Hanya itu tujuan hidupku untuk bisa kembali menemuimu. Aku berjalan sendiri di tepian yang bukan trotoar. Motor dan mobil serta merta jadi tak terhitung banyaknya. Namun, semakin jauh kumasuki lorong itu, tiba-tiba saja jalannya menjadi gelap. Bahkan lampu-lampu kendaraan yang harusnya menyala, tak satupun yang membuat mataku bisa melihat jalan.  "Celaka aku," batinku seperti maut itu benar-benar begitu dekat. Kalau satu saja ban mobil itu menggilasku kerna tidak tahu, mau bagaimana nasibku?

Tiga Tipe Teman dalam Hidupku

Pagi ini terasa cerah sekali karena badan sudah enakan. Dari pengalaman dua hari mengalami sakit yang amit-amit enggak mau kuulangi lagi, aku jadi bisa mengelompokkan tiga orang dalam hidupku. Mereka yang ketika kucurhati tentang sakit atau masalah, akan seperti dewa yang merengkuh beban tersebut dari pundakku. Mereka akan dengan tulus berkata: "Bersandarlah di pundakku", "Apa yang bisa kubantu?", "Sini aku yang bereskan" dan macam-macam kalimat yang bikin beban itu terasa ringan. Untuk itu, kuucapkan "Terima kasih, teman".  Mereka yang ketika kucurhati tentang sakit atau masalah, akan membuatku seimbang, karena merasa tidak sendirian. Mereka akan dengan berbusa-busa menceritakan masalah mereka yang setipe dengan apa yang kualami. Kehadiran-kehadiran cerita tersebut membuat bebanku terasa ringan, karena tahu bahwa ada orang lain yang sama atau lebih. Untuk itu, "Thanks teman membuatku seimbang" Mereka yang ketika kucurhati tentang s

Tiga Cara Membuat Outline (Buku)

Hampir setiap bulan saya membuat outline buku. Menyusun bab demi bab, lalu mengirimkannya kepada pimpinan redaksi untuk dipertimbangkan. Dari pengalaman berbulan-bulan itu, setidaknya ada tiga cara yang pernah saya lakukan. Cara Pertama :  Outline di susun serupa daftar isi.  Pemberian judul bab per bab masih buruk. Masih sebatas ide-ide yang disusun semau saya. Satu dua kata kadang masih ambigu, dan tentu saja yang bisa memahami isi outline ini hanya saya. Sebab, bentuknya masih serupa catatan pengingat si penulis.  Saya mengirimkan outline model begini biasanya ketika diorder nulis oleh penerbit yang memang benar-benar editornya sudah dekat. Jadi, akan ada penjelasan lisan ataupun keterangan-keterangan yang tidak formal untuk memperjelas maksud dari outline tersebut.  Pesan: Jangan kamu lakukan model pembuatan outline pertama ini jika jalur yang ditempuh adalah pengajuan outline ke penerbit secara reguler. Karena ketika kamu mengirimkan outline seperti ini, pasti

Perempuan Penjual Bensin dan Kehamilan di Usia yang Tak Muda

Usianya sekira 60an tahun. Amat lembut, santun, khas betul perempuan Jogja masa lalu. Eh bukan, mungkin juga bukan kerna ia perempuan Jogja lantas harus berperawakan lemah lembut, bukan? Kukira, ini hanya persoalan kesadaran pada usia. Semakin tua, seseorang barangkali memang semakin tenang dan matang. Ya, perempuan itu. Setiap aku berhenti di depan rumahnya untuk membeli bensin, ia akan buru-buru keluar dengan langkah yang sudah tidak lincah. Tertatih-tatih, mengesani usianya yang bukan muda lagi. Rumahnya masih berdinding bambu. Mencolok sekali. Rumah bambu di antara bangunan-bangunan modern yang kian tumbuh, jelas membuatnya mudah diingat. Tapi sebambu-bambunya rumah itu, ia tentu tetap lebih kaya dari aku. Ya, aku suka berpikir bahwa setiap orang yang memiliki rumah di tanah kota pastilah ia seseorang yang mampu. Mampu mencari uang untuk membeli tanah mahal di kota. Kan tahu sendiri, berapa harga tanah zaman sekarang? ‪#‎EhCurhat‬ Beberapa bulan lalu, baru kusadari

INCIPIT : istilah lama jarang terdengar

Incipit , aneh ya istilahnya? "Tapi, dalam sejarah dunia buku,  incipit  sudah sedemikian tua, mendahului judul" kata Dian R. Basuki.  Aku sedang buka-buka lembaran Ruang Baca (Tempo) edisi Januari 2006 yang ada di Warung Arsip~ketika tak sengaja nemu istilah  tua yang baru saja kudengar: incipit dalam tulisannya  Dian R. Basuki .  Konon istilah yang berasal dari bahasa Latin ini sudah ada sejak zaman klasik. Zaman itu orang lebih mudah menyebut incipit daripada judul. Tidak ingat judulnya, yang penting bisa menghafal incipit -nya, maka bisa ketemu sama teks yang dimaksud.  Ngomong-ngomong, apa sih definisi incipit itu? Menurut Dian,  incipit adalah kata-kata pertama dalam suatu teks, yang bisa merujuk pada novel, puisi, cerpen atau lagu. Misalnya, ketika ada yang berbicara  "Kalau sampai waktuku..," maka kita pasti langsung ingat sajaknya Chairil Anwar yang berjudul Aku . Nah itulah incipit.  Saat kita nulis di MS Word, lalu mau menyi