Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2016

Tiga Tipe Teman dalam Hidupku

Pagi ini terasa cerah sekali karena badan sudah enakan. Dari pengalaman dua hari mengalami sakit yang amit-amit enggak mau kuulangi lagi, aku jadi bisa mengelompokkan tiga orang dalam hidupku. Mereka yang ketika kucurhati tentang sakit atau masalah, akan seperti dewa yang merengkuh beban tersebut dari pundakku. Mereka akan dengan tulus berkata: "Bersandarlah di pundakku", "Apa yang bisa kubantu?", "Sini aku yang bereskan" dan macam-macam kalimat yang bikin beban itu terasa ringan. Untuk itu, kuucapkan "Terima kasih, teman".  Mereka yang ketika kucurhati tentang sakit atau masalah, akan membuatku seimbang, karena merasa tidak sendirian. Mereka akan dengan berbusa-busa menceritakan masalah mereka yang setipe dengan apa yang kualami. Kehadiran-kehadiran cerita tersebut membuat bebanku terasa ringan, karena tahu bahwa ada orang lain yang sama atau lebih. Untuk itu, "Thanks teman membuatku seimbang" Mereka yang ketika kucurhati tentang s

Tiga Cara Membuat Outline (Buku)

Hampir setiap bulan saya membuat outline buku. Menyusun bab demi bab, lalu mengirimkannya kepada pimpinan redaksi untuk dipertimbangkan. Dari pengalaman berbulan-bulan itu, setidaknya ada tiga cara yang pernah saya lakukan. Cara Pertama :  Outline di susun serupa daftar isi.  Pemberian judul bab per bab masih buruk. Masih sebatas ide-ide yang disusun semau saya. Satu dua kata kadang masih ambigu, dan tentu saja yang bisa memahami isi outline ini hanya saya. Sebab, bentuknya masih serupa catatan pengingat si penulis.  Saya mengirimkan outline model begini biasanya ketika diorder nulis oleh penerbit yang memang benar-benar editornya sudah dekat. Jadi, akan ada penjelasan lisan ataupun keterangan-keterangan yang tidak formal untuk memperjelas maksud dari outline tersebut.  Pesan: Jangan kamu lakukan model pembuatan outline pertama ini jika jalur yang ditempuh adalah pengajuan outline ke penerbit secara reguler. Karena ketika kamu mengirimkan outline seperti ini, pasti

Perempuan Penjual Bensin dan Kehamilan di Usia yang Tak Muda

Usianya sekira 60an tahun. Amat lembut, santun, khas betul perempuan Jogja masa lalu. Eh bukan, mungkin juga bukan kerna ia perempuan Jogja lantas harus berperawakan lemah lembut, bukan? Kukira, ini hanya persoalan kesadaran pada usia. Semakin tua, seseorang barangkali memang semakin tenang dan matang. Ya, perempuan itu. Setiap aku berhenti di depan rumahnya untuk membeli bensin, ia akan buru-buru keluar dengan langkah yang sudah tidak lincah. Tertatih-tatih, mengesani usianya yang bukan muda lagi. Rumahnya masih berdinding bambu. Mencolok sekali. Rumah bambu di antara bangunan-bangunan modern yang kian tumbuh, jelas membuatnya mudah diingat. Tapi sebambu-bambunya rumah itu, ia tentu tetap lebih kaya dari aku. Ya, aku suka berpikir bahwa setiap orang yang memiliki rumah di tanah kota pastilah ia seseorang yang mampu. Mampu mencari uang untuk membeli tanah mahal di kota. Kan tahu sendiri, berapa harga tanah zaman sekarang? ‪#‎EhCurhat‬ Beberapa bulan lalu, baru kusadari

INCIPIT : istilah lama jarang terdengar

Incipit , aneh ya istilahnya? "Tapi, dalam sejarah dunia buku,  incipit  sudah sedemikian tua, mendahului judul" kata Dian R. Basuki.  Aku sedang buka-buka lembaran Ruang Baca (Tempo) edisi Januari 2006 yang ada di Warung Arsip~ketika tak sengaja nemu istilah  tua yang baru saja kudengar: incipit dalam tulisannya  Dian R. Basuki .  Konon istilah yang berasal dari bahasa Latin ini sudah ada sejak zaman klasik. Zaman itu orang lebih mudah menyebut incipit daripada judul. Tidak ingat judulnya, yang penting bisa menghafal incipit -nya, maka bisa ketemu sama teks yang dimaksud.  Ngomong-ngomong, apa sih definisi incipit itu? Menurut Dian,  incipit adalah kata-kata pertama dalam suatu teks, yang bisa merujuk pada novel, puisi, cerpen atau lagu. Misalnya, ketika ada yang berbicara  "Kalau sampai waktuku..," maka kita pasti langsung ingat sajaknya Chairil Anwar yang berjudul Aku . Nah itulah incipit.  Saat kita nulis di MS Word, lalu mau menyi