Bolehkah Aku Bertanya, Kemana Kita Akan Pergi?

by - March 06, 2016

Semula kita sama-sama di atas satu motor. Bercerita panjang lebar, hingga akhirnya entah bagaimana tiba-tiba saja kita memutuskan untuk berpisah. 

"Kita akan bertemu di tempat yang sama," katamu sebelum melesat pergi. 

Aku di Sumbing
Aku yang masih belum paham dengan apa yang sedang terjadi, hanya memandang lampu belakang motormu menghilang di lorong yang kini sedang kulewati. 
Berjalan. Hanya itu tujuan hidupku untuk bisa kembali menemuimu. Aku berjalan sendiri di tepian yang bukan trotoar. Motor dan mobil serta merta jadi tak terhitung banyaknya. Namun, semakin jauh kumasuki lorong itu, tiba-tiba saja jalannya menjadi gelap. Bahkan lampu-lampu kendaraan yang harusnya menyala, tak satupun yang membuat mataku bisa melihat jalan. 

"Celaka aku," batinku seperti maut itu benar-benar begitu dekat. Kalau satu saja ban mobil itu menggilasku kerna tidak tahu, mau bagaimana nasibku?


Aku berjalan cepat, seakan-akan kamu masih dekat dan bisa kuraih dari belakang. Kita tidak seharusnya berpisah. Aku takut. Sangat takut. Tapi kamu tidak ada di depanku. Kamu tidak ada di mana-mana. 



Aku semakin merasa aneh. Meski tidak melihat sekerlip cahaya pun di depan, tapi aku bisa merasa kalau lorong menikung ini menyempit. Tiba-tiba seperti ada arus manusia yang mendorongku. Ya manusia. Sekarang aku bisa melihat orang-orang berbondong-bondong mencari jalan keluar. Tapi di antara orang-orang itu tidak ada kamu di sana.

"Jalan buntu" kata seseorang. 
Aku tidak percaya. Bagaimana mungkin aku tersesat ke jalan buntu. Bukankah jalan satu arah ini, juga jalan yang kamu lewati? Lalu kamu di mana?

Ini benar-benar penghabisan jalan. Mungkinkah tempat yang kamu maksud, adalah tempat yang sekarang sedang kuinjak dengan perasaan gelisah bercampur takut luar biasa? Tapi di mana ini? Kamu di mana?

Aku melihat ke sekeliling. Tak satupun kukenali mereka. Ini semacam perhimpunan orang-orang sesat yang menjebakku hingga masuk ke sarang mereka. 

Aku pun berlari menuju seseorang yang kupikir pasti salah satu panitianya. Aku bertanya, di mana ini? Aku tidak mau di sini. Namun, ia balik bertanya, ke mana aku akan pergi?

Kemana aku akan pergi? Aku tersentak. Benar, aku tidak tahu akan kemana. Tujuanku hanya ingin menemuimu. Tapi entah di mana? Bagaimana bisa kujelaskan ini?

Lalu kuambil handphone dari dalam tas. Mungkin saja kamu mengkhawatirkanku. Tapi kenapa tidak ada siapapun yang menghubungiku. 

Ke sini, kataku. Aku seperti sedang menunjukkan sebuah alamat dari dalam handphone. Tapi aku tidak tahu alamat siapa itu?

......

Yang aku sadari hanyalah, aku sudah bangun dari mimpiku dengan badan yang dingin sekali.

Tulisan Terkait

0 komentar

Komentar dengan menyertakan link hidup akan saya hapus. Maaf ya....