Tentang Mimpi #2

by - May 23, 2014

Akhir akhir ini aku seringkali mimpi aneh dan buruk. Katanya, sekian detik setelah kita bangun, mimpi mimpi akan berlarian dari kepala. Tapi nyatanya aku tidak. Aku bisa mengingatnya meski hanya serupa patahan-patahan astor rasa cokelat. 


Atau beginikah mimpi buruk? Ia mampu bersembunyi di lipatan-lipatan ingatan yang tak bisa lekas kita hapus. Rasanya mengganggu sekali, sebab sesuatu yang buruk terkadang mampu memengaruhi perasaan seseorang. 

Beberapa hari ini, Tuhan mengirimi mimpi yang selalu mirip mirip. Aku memarahi suamiku begitu ganas dan tanpa rasa takut. Sampai sampai, kutendangi betulan kakinya sambil mulut bersungut-sungut. Lain hari lagi, aku bangun dengan keringat dingin. Kupandangi wajah suamiku dengan kebencian yang meluap-luap. Apakah seseorang yang begitu kucintai bisa sedemikian menyebalkan seperti dalam mimpi? Ah, itu kan mimpi Tikah. Sekadar bunga tidur. Aku mengusap wajahku dengan embusan napas yang berat. 

Freud bilang (kalau benar aku masih mengingatnya): Jika kita tidak bisa melakukan apa yang diinginkan di dunia nyata, maka itu akan menjelma dalam mimpi. Keinginan-keinginan akan terpenuhi dalam mimpi. 

Nah, apakah artinya aku mengingkan untuk marah kepada suamiku? Duh, Mas. Kasihan sekali kau. Padahal, tiap hari aku sebegini cerewet. 


Tulisan Terkait

0 komentar

Komentar dengan menyertakan link hidup akan saya hapus. Maaf ya....