Skip to main content

Safety Riding Education with Blogger

Cara berkendara Anda adalah cermin dari kedalaman jiwa dan karakter Anda dalam bersikap. 


Sepeda motor--alat transportasi yang selama ini dianggap praktis dan murah--rupanya justru menyumbang nilai tertinggi angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kemenhub dalam websitenya yang menyebutkan bahwa 72 % kecelakaan lalu lintas jalan di Indonesia melibatkan pengguna sepeda motor (data kecelakaan 2011). 

Kenapa demikian? Kemungkinan terbesar dari masalah tersebut adalah kurangnya kesadaran pengendara terhadap keselamatan dan keamanan dirinya di jalan. Maka berangkat dari kesadaran untuk meminimalisir tingkat kecelakaan sepeda motor, Yamaha Riding Academy (YRA) yang notabene divisi di bawah bendera Yamaha, giat mengampanyekan pentingnya penerapan safety riding bagi pengendara.

Belum lama ini, tepatnya Minggu, 27 November 2016, YRA Jogja menggelar acara bertajuk "Safety Riding Education with Blogger". Mereka mengundang 35 blogger dan vlogger Jogja untuk menerima virus safety riding di basecamp YRA yang berada di sayap barat bangunan Stadion Maguwoharjo, Sleman, DIY. Acara yang berlangsung dari pukul 08.00 WIB hingga 14.00 WIB tersebut meliputi pengajaran tentang Safety Riding Theory dan Safety Riding Practice.
Foto via YRA

Menurut YRA sendiri, inti dari safety riding sebenarnya adalah safety mind dan riding skill. Safety mind perlu dimiliki pengendara karena ini merupakan pola pikir yang akan membawa seseorang tetap berada di zona aman saat berkendara. Sedangkan riding skill adalah kemampuan seseorang dalam berkendara yang tentunya berpengaruh terhadap keamanan dan keselamatan pengemudi selama berkendara. Riding skill mencakup posisi berkendara dan pengereman. 

Posisi berkendara yang benar meliputi posisi tangan, cara duduk, dan posisi kaki. Posisi kedua tangan yang memegang stang setidaknya dapat membentuk huruf O. Hal ini berfungsi supaya pengemudi tidak kaku ketika berbelok ke kiri maupun ke kanan. Demikian pula dengan posisi kaki yang harus menyentuh badan motor. 

Selain posisi berkendara, cara pengereman yang benar juga dibahas dalam acara tersebut. Menurut YRA, dalam berkendara seorang pengemudi tidak boleh menempatkan jari tangan untuk selalu siap mengerem. Hal ini sangat berbahaya mengingat segala kemungkinan di jalan raya dapat membuat pengemudi refleks melakukan pengereman sehingga berakibat buruk dalam berkendara. Soal pengereman, YRA memberikan contoh untuk melakukan pengereman tidak menggunakan 4 jari, karena berbahaya pada kontrol gas yang hanya dikendalikan oleh satu jari. 

Adapun faktor kecelakaan, antara lain disebabkan oleh 3 hal, yaitu:
  1. Faktor Manusia (human error), Contohnya: pengendara abai pada kedisiplinan dan etika berkendara, kondisi fisik dan emosi pengendara yang labil, dan keterampilan/skill pengendara.
  2. Faktor Kendaraan, contohnya: pengendara kurang mengenal karakter kendaraan, abai pada fungsi kelengkapan keamanan kendaraan, dan perawatan kendaraan yang salah. 
  3. Faktor lingkungan, contohnya: kondisi jalan yang rusak, atau ramai, pengendara tidak mengenali karakter jalan, dan cuaca buruk yang pengaruhi kondisi jalan

Usai pembahasan mengenai safety riding theory peserta digiring ke lapangan untuk safety riding practice. Sebelum praktik, peserta diwajibkan untuk menggunakan safety gear, yakni perlengkapan keselamatan seperti helm, kacamata (eye protection), sarung tangan, jaket, celana panjang, dan segala perlengkapan yang melindungi seseorang yang akan berkendara. 
Foto via YRA

Ada 3 sesi praktik yang dilakukan dalam safety riding practice
  1. Chidori yaitu peserta diminta untuk mengendarai motor dengan kecepatan rendah melalui lintasan berbelok tajam dan jarak pendek. 
  2. Slalom yaitu peserta diminta untuk mengendarai motor dengan kecepatan sedang pada lintasan zigzag. 
  3. Fast Breaking yaitu peserta diminta untuk mengendarai motor dengan kecepatan tinggi lalu melakukan pengereman mendadak pada jarak yang ditentukan. 
Add caption

Setelah semua rangkaian acara dilalui, setiap peserta mendapatkan sertifikat safety riding. Besar harapan panitia, usai mengunyah materi tentang safety riding, kami dapat menularkan virus ke orang-orang yang belum paham mengenai hal ini. Saya pribadi sangat berterima kasih pada YRA Jogja, karena dengan acara Safety Riding Education with Blogger saya dapat mengevaluasi kekeliruan-kekeliruan berkendara yang selama ini saya anggap benar. 

Comments

  1. Aku hanya berharap kamu akan lebih rajin merawat miomu yang stangnya agak gimana gitu

    ReplyDelete
  2. Yuuuk mba tularin virus safety riding....

    ReplyDelete

Post a Comment

Komentar dengan menyertakan link hidup akan saya hapus. Maaf ya....

Popular posts from this blog

Jangan Berharap Lebih di Malam Kami Makan

Makan malam berdua terasa seperti istilah asing; yang butuh dipahami, meski berat dijalani.  Tapi, akhirnya kesempatan itu datang juga.  Malam ini suami pulang lebih awal. Aku pikir, m akan malam berdua di saat anak tidur, mungkin bisa kayak pacaran lagi? Ciyeee ciyee.  Tapi tunggu dulu! Aku buru-buru membuka kulkas. "Lah kok cuma ada telur dan tempe?" keluhku yang bagai perempuan tak tahu bersyukur.  Hufttt. Mau bagaimana lagi? Pupuslah harapan untuk bisa menyuguhkan masakan yang aneh-aneh tapi instagramable. Aku kan anaknya suka pameran. Maka, demi menolong egoku yang kadung menanjak, kupinjam semangat menu gizi seimbang, di mana tempe goreng jadi protein nabati, telur dadar sebagai protein hewani, kremesan, sambel terasi, lalapan timun dianggap sayur mayur yang hijau royo-royo, dan tentu saja, karbohidratnya tetep nasi. Nggak cucok kalau diganti roti, apalagi ubi ungu. Meski keduanya termasuk karbohidrat.  Sebelum mulai dinner berdua (ceileh bahasanya

Garis Dua di Bulan April 2017

Empat tahun setengah, bukanlah waktu yang sebentar bagi kami yang kurang tabah ini menghadapi serangkaian pertanyaan tentang anak--mulai dari pertanyaan basa-basi, hingga sejumlah tuduhan menyakitkan yang kerap mampir membikin air mata tak tahan berderai-derai jatuh di sajadah.  Beruntungnya, suamiku tetap menggenggam tanganku erat, menguatkan di depan, meski aku tak tahu betul jika barangkali ia pun diam-diam memunggungiku untuk menahan tangis sendirian.  "Kita sudah berusaha, Dik, dengan sebaik-baiknya ..." bisiknya pelan, tiap kali aku mengadu.  Namun, saat hati terasa amat sakit mengingat tuduhan buruk yang bukan jadi kuasa kami, usai salat aku justru tak bisa berdoa. Aku menatap ke atas, diam, menangis pun tak sanggup. Lalu dengan pasrah, aku yang lemah hingga tak kuasa membungkam suara hati yang lepas begitu saja,  "Tuhan, tidakkah Kau melihat ini semua dari sana? Aku harus bagaimana?" Kan, yang tahu apa usaha kami hanya kami sendiri dan Tuhan

Harus Ya, Dok, Njelasinnya Serem Gitu?

Awal bulan April 2015, saya dan suami melangkah penuh harap menuju gedung RS pusat Jogja.  Dalam tas sudah saya siapkan biskuit dan air putih untuk cadangan kalau benar antrenya bakal panjang. Sebenarnya, ide berbekal ini adalah saran dokter DP dari RS awal biar kami tetep konsentrasi. Waktu itu, setelah urusan isi mengisi formulir di bagian pendaftaran selesai, sampailah kami di lokasi tujuan : Poli THT.  Saya menyuruh suami duduk di kursi tunggu pasien dan meminta dia mendengarkan kalau-kalau namanya dipanggil. "Ade mau ke toilet dulu." Kata saya.  Ya, ampun. Padahal gedungnya bagus, tapi toiletnya (bagi saya) bener-bener nggak layak jadi cermin RS pusat. Udah lantainya kotor, tisu habis, dan kloset duduknya juga licin kayak nggak pernah dibersihkan. Bayangin coba, di rumah sakit kan tempatnya orang sakit. Gimana ya kalau toilet macam itu malah jadi media penularan penyakit dari pantat satu ke pantat lainnya. Hih, kalau nggak kepaksa banget pasti saya ogah pakai toil