Apa yang harus kulakukan?
Aku seperti telah berlari begitu jauh saat belum tidur sama sekali.
Mataku panas terbakar, sedangkan tubuhku lemah tanpa tenaga.
Apa kabar hatiku yang begitu tahan membungkam kemarahan.
Apa kabar bagian tubuhku yang patuh membuat tangisku tidak terdengar.
Beginikah menjadi dewasa?
Begitu sepi dan sendirian.
Tak ada sandaran yang benar benar dapat kupercayai.
Sehingga panggung ini begitu panas dengan kemunafikan.
Dan aku pun telah pandai memainkan mimik wajah, di mana kesedihan bisa menjadi senyum yang indah dilihat.
Tapi sampai kapankah aku mampu bertahan?
*Bolehkah Mak, aku pulang dengan sejujur-jujurnya tanpa meninggalkan kesedihan di matamu? Bolehkah kuminta kauelus-elus kembali rambutku dan membiarkan pelukmu sebagai tempat persembunyian terbaikku. Ah, Mak. Aku benar tak mampu lagi melakukan itu. Aku tak mampu lagi untuk bersandar di pundakmu yang semakin tua. Tidak Mak. Sebab telah jadi gilirannya kupinjami pundakku untukmu.
Aku seperti telah berlari begitu jauh saat belum tidur sama sekali.
Mataku panas terbakar, sedangkan tubuhku lemah tanpa tenaga.
Apa kabar hatiku yang begitu tahan membungkam kemarahan.
Apa kabar bagian tubuhku yang patuh membuat tangisku tidak terdengar.
Beginikah menjadi dewasa?
Begitu sepi dan sendirian.
Tak ada sandaran yang benar benar dapat kupercayai.
Sehingga panggung ini begitu panas dengan kemunafikan.
Dan aku pun telah pandai memainkan mimik wajah, di mana kesedihan bisa menjadi senyum yang indah dilihat.
Tapi sampai kapankah aku mampu bertahan?
*Bolehkah Mak, aku pulang dengan sejujur-jujurnya tanpa meninggalkan kesedihan di matamu? Bolehkah kuminta kauelus-elus kembali rambutku dan membiarkan pelukmu sebagai tempat persembunyian terbaikku. Ah, Mak. Aku benar tak mampu lagi melakukan itu. Aku tak mampu lagi untuk bersandar di pundakmu yang semakin tua. Tidak Mak. Sebab telah jadi gilirannya kupinjami pundakku untukmu.
Comments
Post a Comment
Komentar dengan menyertakan link hidup akan saya hapus. Maaf ya....